Kamis, 08 Agustus 2019

Cerita Dewasa Istri Sepupu Ku Yang Aduhai

 kali ini menceritakan pengalaman Sex dari seorang remaja bernama Arif. Sifat judes Teteh Shinta yang kepada Arif pada akhirnya bisa berubah semenjak skandal sex antara mereka terjadi. Arif ini tidak lain adalah sepupu dari suami teteh shinta. Mau tahu kelanjutan ceritanya, Langsung aja yuk baca dan simak baik baik cerita dewasa ini.

Perkenalkan nama saya Arif, disini saya akan menceritakan cerita sex pribadiku dengan istri pamanku. Ketika itu aku sedang liburan di kota yang dikenal sebagai kota kembang (Bandung). Saat itu disana aku bermalam dirumah Paman saya atau tepatnya adik dari Ibuku yang paling terakhir. Ibuku 6 bersaudara dan Ibuku adalah anak yang paling pertama. Ketika itu aku masih berusia 21 tahun dan pamanku berumur 33 tahun.

Kawasan Judi

Pamanku ini sudah berumah tangga, nama istrinya adalah Teteh Shinta yang berumur 28 tahun. Bila dilihat dari usia mereka berdua memang agak terlalu jauh selisih usianya. Teteh Shinta ini bisa dibilang seorang istri yang cantik dan mempunyai bentuk body yang kecil tetapi bohay. Asal pembaca tahu saja, pantat Teteh Shinta ini bebar-benar kencang dan semok, pokoknya mantep deh.

Ditambah lagi Teteh Shinta ini mempunyai pinggang yang singset atau sexy. Walaupun Teteh Shinta sudah menikah kurang lebih 2 tahun dengan pamanku, perutnya masih singset sekali para pembaca. Tapi maklum sih, karena sampai sekrang mereka belum dikaruniai seorang momongan. Oh iya, Teteh Shinta ini ada minusnya sih para pembaca, dia cantik namun judes sekali orangnya.

Teteh Shinta ini berasal dari keluarga yang sangat kaya raya, dia hanya 2 bersaudara. Teteh Shinta ini mempunyai adik perempuan yang bernama Mita, usia mita kira-kira 22 tahun, dan dia kuliah di salah satu universitas negri di bandung. Mita ini juga tiggal diruah Teteh Shinta. Selama aku berada dirumah Paman, hampir setiap hari Teteh Shinta mengomel padaku, tapi saya cuek aja.hha.

Sebenarya Teteh Shinta ini memang sangat tidak suka apabila aku menginap dirumahnya. Hal itu wajar aja sih, karena aku memang termasuk anak yang nakal dan bandel, hhe.

Dalam usiaku yang masih 21 tahun, jika dilihat dari postur tubuh, aku memang terlihat dewasa, karena aku mempunyai tinggi badan176 cm, berat badan 72 kg dan tubuhku juga proposional. Oh iya para pembacam, aku ini dari keluarga yang bisa dikatakan keluarga tidak mampu, maka dari itu Teteh Shinta selalu saja mencurigai aku, jika aku sering menerima uang dari pamanku. Pada kenyataanya pamanku sangat jarang memberi aku uang, mungkin saja dia takut dengan istrinya yang judes itu.

Saat ini aku menginap di rumah mereka, sebenarnya karena terpaksa saja, karena aku sedang berlibur di Bandung dan Ibu saya memberitahukan kepada Paman saya yang memaksa aku tinggal dirumah mereka. Singakt cerita, Hari ini entah mengapa aku merasa bosan sekali. Mungkin saja kebosananku ini berasal dari Teteh Shinta yang selalu menunjukan muka cemberut terhadap saya.

Saat itu rumah berada dalam keadaan sepi, om sudah pergi kekantor, Mita adik Teteh Shinta sedang pergi kuliah, Bik Saroh sedang pergi ke pasar, dan Teteh Shinta katanya mau pergi ke arisan. Tadi sebelum pergi, dengan nada yang setengah membentak, Teteh Shinta menyuruh aku menjaga rumah. Dalam fikiranku saat itu dari pada boring, mendingan aku nonton BF aja di kamar.

Mulailah TV kunyalakan, kuambil kaset porno yang kemarin kupinjam ditempat persewahan dekat rumah, adegan-adegan panas nampak di layar. Mendengar desahan-desahan artis BF yang cantik dan bahenol tersebut membuat aku terangsang. Dengan lincahnya tanganku melucuti celana beserta celana dalam-ku sendiri. Kejantanan saya yang sedari tadi sudah tegak, lalu kukocok perlahan.

Film yang kutonton itu cukup panas, sehingga aku menjadi semakin bergairah. Kutanggalkan pakaian yang masih melekat, akhirnya tubuhku tanpa ada penutup sekalipun. Kocokan tanganku semakin cepat seiring dengan makin panasnya adegan yang kutonton. Kurasakan ada getaran dalam kejantananku yang ingin meyeruak keluar. Aku mau Klimaks, tiba-tiba…

“ Arif... apa yang kamu lakukan!!”, ucap seseorang.

Setelah aku terdiam sejenak, ternyata suara itu adalah suara seseorang seperti yang aku kenal yaitu teteh Shinta. Lalu,

“ E… eee… nggak lagi ngapa-ngapain Teh… ”, jawabku terbata-bata.

Sungguh saat itu aku kaget dan sangat bingung harus berbuat apa. Aku tidak mengira kalau Teteh Shinta yang tadi katanya pergi arisan bisa kembali secepat itu. Tanpa sadar aku bangkit berdiri dan kudekati Teteh Shinta yang cantik tapi judes itu. Saat itu Teteh Shinta yang masih berdiri dalam keadaan kaget dengan mata yang melihat keadaanku yang telanjang bulat.

Ditambah lagi kejantananku yang panjang dan besar dalam keadaan tegang itu. Tiba-tiba entah setan mana yang mendorongku, secara refleks saja aku menyergap dan mendekap tubuh Teteh Shinta yang mungil padat itu. Badannya yang mungil dan tingginya yang hanya sampai sebahu dari ku, ku bekap dengan kuat dan kutarik agak keatas.

Sehingga saat itu Teteh Shinta hanya berdiri dengan ujung jari kakinya saja dengan kepala agak mendongak keatas, karena kaget. Dengan cepat kucium dan kulumat bibir tipisnya yang seksi. Seketika saat itu badan Teteh Shinta mengejang dan agak menggeliat menerima perlakuan yang tidak pernah dia sangka akan berani aku lakukan itu.

Sesaat kemudian dia mulai memberontak dengan hebat, sehingga ciumanku terlepas, lalu teteh shinta berkata,

“ Arif... jangan kurang ajar... berani benar kau ini... ingat, Rif... Aku ini istri Paman kamu… !!! Cepat lepas… nanti kulaporkan kau ke Paman kamu… ”, teriak Teteh Shinta dengan suara garang mencoba mengancamku.

Aku tak lagi peduli, salah Teteh Shinta sendiri sih, orang mau Klimaks kok diganggu. Dengan buasnya aku jilat belakang telinga dan tengkuknya, kedua buah dada-nya walaupun tidak terlalu besar, tapi padat itu langsung kuramas-ramas dengan buas, sampai Teteh Shinta menjerit-jerit. Disamping nafsuku yang memang sudah menggila itu.

Saat itu ada juga rasa ingin balas dendam dan mau mengajarkan sopan santun padanya atas perlakuan dan pandangannya yang sangat menghina padaku. Saat itu Dia mencoba berteriak, tapi dengan cepat aku segera menciumnya lagi. Ada kali 10 menit aku melakukan hal itu, sementara Teteh Shinta terus meronta-ronta, dan mengancamku serta mencaci maki.

Saat itu entah apa saja yang dikatakannya, aku sudah tidak memperdulikannya lagi. Aku terus menyerangnya dengan buas dan mengelus-elus dan meremas-remas seluruh tubuhnya sambil terus mencium bibirnya dengan liarnya. Saat itu dia tidak dapat melepaskan diri dari dekapanku, karena memang tubuhku yang tinggi, dengan badan yang atletis dan berotot.

Hal ini membuat teteh Shinta tidak berdaya, karena postur tubuh teteh Shinta yang mungil. Akibat seranganku yang bertubi-tubi itu, lama kelamaan kurasakan tidak ada lagi perlawanan dari Teteh Shinta, entah karena dia sudah lelah atau mungkin dia mulai terangsang juga. Karena saat itu aku merasa sudah tidak ada perlawanan lagi dari Teteh Shinta, aku mulai mengosok-gosokan kejantananku pada perutnya.

Setelah itu aku meraih tangannya yang mungil dan kuelus-elus ke kejantananku, tangan mungilnya kugosok-gosok, mengocok kejantananku yang mulai mengeras. Tubuhnya terasa mengejang, akan tetapi kedua matanya masih terpejam, dan tidak ada perlawanan darinya. Kemudian ketika dengan perlahan kubuka baju Teteh Shinta, dia dengan lemah masih mencoba menahan tanganku.

Namun semua itu percuma saja, tangan kanan mengunci kedua tangannya dan tanganku yang kiri membuka satu demi satu kancing-kancing blusnya. Hal itu secara tidak langsung mempertontonkan keindahan tubuh di balik kain itu. Setelah berhasil membuka blus dan Bra-nya, kuturunkan ciumanku menuju ke buah dada Teteh Shinta yang padat berisi…

“ Riffff… aaammmpuun… iiii... iiingaaattttt... Riffff... !!!”, ucapnya.

Belum selesai dia berbicara, aku-pun mencium dan melumat putingnya yang berwarna kecoklatan itu. Terkadang kugigit dan kupuntir putingnya, sementara kusingkap roknya dan jari-jariku mulai mengelus-elus kewanitaan-nya yang masih tertutup celana dalam mungilnya itu.

“ Iiiiiiiiii... Oughhhh... Aghhhhh... Ssssss... Aghhhhh... Rifffff… ”, desah Teteh Shinta.

Akibat perlakuanku itu, kayaknya Teteh Shinta mulai terangsang juga, itu terasa dari tubuhnya yang mengejang kaku dan dengusan nafasnya makin terdengar kuat. Aku makin memperhebat seranganku dan tiba-tiba tubuh Teteh Shinta bergetar dengan kuat dan... .. .

“ Aghhhhh... Rifffff… ja... jangaaannn… Riffff… … iiii… ngaaaatttt... Oughhhh… aghhhhh… aghhhhh…”, desahnya meronta.

Pada akhirnya, disertai tubuhnya yang mengejang dan menggeliat-geliat kuat, serta kedua tangannya mendekap tubuhku dan,

“ Syurrrrrr… Syurrrrrr… Syurrrrrr… Syurrrrrr…”, akhirnya cairan kewanitaan Teteh Shinta membasahi celana dan jemariku.

Setelah masa Klimaksnya berlalu, terasa badan Teteh Shinta melemas terkulai dalam dekapanku dan kedua matanya masih terpejam rapat, entah perasaan apa yang sedang bergelora dalam tubuhnya, puas, malu atau putus asa akibat perlakuanku terhadap nya , sehingga dia mencapai Klimaks itu. Tarikan nafasnya masih terengah-engah.

Kami terdiam sejenak, sementara tubuh Teteh Shinta bersandar lemas dalam dekapanku dengan mata. Jemari lentik Teteh Shinta masih menggenggam kejantananku yang masih tegak mengacung. Akhirnya secara perlahan-lahan kepala Teteh Shinta menengadah keatas dan terlihat pandangan matanya yang sayu menatapku.

Sehingga saat itu menambah kecantikan wajahnya dan secara lembut terdengar suaranya…

“ Oughhhhh... Rifff, apa yang kau perbuat pada Tetehmu ini… ... ?????”,

“ Maafkan Arif Teteh... Arif lupa diri... abis Teteh tadi masuk tiba-tiba selagi Arif akan mencapai klimaks... salah Teteh sendiri sihhh… ... lagi pula… Teteh amat cantik sihhh... !!!!!!”, ucapku mencari-cari alasan sekenanya.

Sekarang kayaknya Teteh Shinta sudah pasrah dan sambil tanganya masih menggenggam kejantananku katanya lagi...

“ Riffff... punya kamu gede amat yaaaa… ????. Punya Paman kamu nggak sampai segede ini... !!”, ucap teteh mulai menggoda.

“ Teteh bisa aja deh… memangnya benar ya Teh ? ”, jawabku.

Memang sih, kejantanan-ku panjangnya 17 cm dan gede juga dengan kepalanya yang bulat besar, apalagi kalau lagi sangat bernafsu begini. Jemari lentik Teteh Shinta yang tadinya hanya menggenggam saja, kini mulai memainkan kejantananku dengan manja. Seperti mendapat mainan baru, tangan Teteh Shinta tak mau lepas dari situ.

“ Teh... kok diiiii... dii… diemin aja, dikocok dong, Teh... biar

enaaakkk... !!!! ”, ucapku.

“ Dasar kamu Rif, bawaanya keburu nafsu aja... Aghhhh... ”, ucap Teteh.

Lalu dengan perlahan-lahan kedua tanganku menekan bahu Teteh Shinta, sehingga tubuh Teteh Shinta berjongkok dan sesaat kemudian kepalanya telah sejajar dengan selangkanganku. Kedua tangannya segera menggenggam kejantananku dan kemudian Teteh Shinta mulai menjilati kepala kejantananku dengan lidahnya. Bergetar seluruh tubuhku menerima rangsang dari mulut Teteh Shinta

Dijilatnya seluruh batang kejantananku, mulai dari pangkal sampai ujung. Tak ada bagian yang terlewat dari sapuan lidahnya. Dikocoknya kejantananku didalam mulutnya, tapi tak semuanya bisa masuk. Mungkin hanya setengahnya saja yang dapat masuk ke mulut Teteh Shinta. Kurasakan dinding tenggorokan Teteh Shinta menyentuh kepala kejantananku.

Sungguh sensasi sangat luar biasa menjalar ke seluruh tubuhku. Cukup lama juga Teteh Shinta mengulum kejantananku. Kurasakan batang kejantananku mulai membesar dan makin mengeras. Dari dalam kurasakan ada sesuatu yang memaksa untuk keluar. Merasa aku akan keluar, Teteh Shinta semakin cepat mengocok batang kejantananku.

“ Tehhhh... Aghhhh... Oughhh... Arif mau keluar nih… ... Aghhhh... ”, ucapku.

Tidak lama setelah berkata seperti itu pada akhirnya,

“ Crotttt... Crotttt... Crotttt... ”,

Tersemburlah cairan itu dalam kejantananku, saat itu spermaku diminum, dan dijilati semua sisa-sisa spermaku, sampi-sampai tak ada lagi cairan yang tersisa. Meskipun sudah keluar tetapi kejantananku tetap saja masih tegar, meski tak seberapa keras lagi Melihat itu, Teteh Shinta mencium-cium kepala kejantananku dan menjilat-jilatnya hingga bersih.

Kemudian kutarik berdiri tubuh Teteh Shinta dan kudorong ke tempat tidur, sehingga Teteh Shinta terlentang diatas tempat tidur. Dengan cepat kulucuti rok sekalian CD nya, sehingga sekarang Teteh Shinta terlentang diatas tempat tidur dengan tubuhnya yang mungil tapi padat itu berada dalam keadaan telanjang bulat. Teteh Shinta hanya menatap ku dengan pandangan yang sayu dan terlihat pasrah.

Lalu aku naik keatas tempat tidur dan kedua kakinya kupentang lebar-lebar dan aku berjongkok diantara kedua pahanya yang terpentang membuka lebar kemaluannya yang telah licin, siap untuk diterobos. Kupegang batang kejantananku dan kugosok-gosok sepanjang bibir kewanitaan-nya, sambil kutekan-tekan pelahan.

Karena merasakan gesekan-gesekan lembut kewanitaan Teteh Shinta, kejantananku mulai mengeras kembali. Lalu aku mulai meraih tangan Teteh Shinta dan ku tempatkan pada batang kejantananku. Dengan segera digengamnya kejantananku dan diarahkan ke lubang kemaluannya. Dengan sedikit gerakan menekan, kepala kejantananku perlahan-lahan mulai masuk.

Sedikit demi sedikit kejantananku mulai masuk ke liang kewanitaan-nya Teteh Shinta. Terasa liang kewanitaan Teteh Shinta sangat sempit mencengkeram batang kejantananku. Dinding kewanitaan Teteh membungkus rapat batang kejantananku, kutekan lagi dan tubuh Teteh Shinta menggeliat…

“ Oughhhhhh… Rifffff… bee... besar sekali kontol kamu... pe... pelan-pelan… Rifffff… Oughhh...”, ucapnya.

Teteh Shinta merintih perlahan. Secara pelan dan hati-hati aku menekan batang kejantananku makin dalam, terasa jepitan kuat dinding kemaluan Teteh Shinta yang menjepit rapat batang kejantananku. Perasaanku terasa melayang-layang dilanda kenikmatan yang tidak terlukisakan ini,

“ Tehhhhh… … Oughhh... enak Teh… Ssss… Aghhhhh…”, desahku.

Dengan kedua paha yang terkangkang lebar-lebar dan kedua tangannya berpegang pada pinggangku, Teteh Shinta memandang ku dengan tatapan sayu, terlihat sangat cantik dan menawan, sehingga aku yang sedang bertumpu diatasnya perasaanku terasa menggila, melihat dan merasakan wanita cantik dan ayu yang berbadan mungil tapi padat ini terlentang pasrah dibawahku.

Kugerakan perlahan-lahan pinggulku menekan kebawah, sehingga kejantananku terbenam makin dalam keliang kewanitaannya, dalam-dalam, lalu ujung kepala kejantananku terasa mentok, karena beberapa kali tubuh Teteh Shinta mengejang ketika aku mencoba menekan lebih kuat, aku kemudian mulai menarik keluar dan selanjutnya memompa keluar masuk.

Dengan bersemangat aku mulai menaik-turunkan tubuhku. Gerakan naik-turun yang terkadang diselingi dengan gerakan memutar, sungguh merupakan sensasi yang sangat luar biasa. Apalagi posisi kedua paha Teteh Shinta terkangkang lebar-lebar, membuat tikaman-tikamanku terasa jauh didalam dasar liang kewanitaannya. Aku dapat melihat buah dada Teteh Shinta bergerak-gerak.

Payudara teteh saat itu bergerak keatas kebawah setiap kali aku menekan masuk kejantananku dalam-dalam sehingga kedua selangkangan kami berhimpit rapat-rapat. Kemudian kurasakan otot-otot kemaluan Teteh Shinta dengan kuat menyedot kejantananku. Semakin lama kurasa semakin kuat saja kewanitaan Teteh Shinta menjepit kejantananku.

Kulihat wajah Teteh Shinta nampak makin memerah menahan Klimaks keduanya yang akan melandanya sebentar lagi,

“ Aaaaaaddduuuuuhhhhh... Rifff... Aaaagggghhhhhh... Oouggg... hhaa... hhaa… Rifff … Teteh Mau keluar lagi ni Rifff… Aghhhh… ”, desahnya menuju klimaks.

Dan tidak lama setelah itu,

“ Syurrr… Syurrr… Syurrr… Syurrr… ”,

Akhirnya aku merasakan cairan hangat membasahi kejantananku. Sementara nafsuku sudah sangat memuncak menuntut penyelesaiannya, aku sudah tidak bisa lagi bertindak halus, tanpa banyak bicara, segera saja kupompa pantatku dengan cepat dan gencar, mendapat serangan yang agak kasar dan tiba-tiba itu Teteh Shinta menjerit-jerit kesakitan.

Meskipun liang kewanitaan Teteh Shinta telah basah dan licin banget, tapi tetap saja terasa seret untuk ukuran kejantananku yang besar. Tak kuhiraukan lagi suara Teteh Shinta yang menjerit-jerit kesakitan, yang ada dipikiranku saat itu adalah aku ingin segera mengakhiri permaina ini dan merasakan nikmat yang akan datang padaku.

Kurasakan otot-otot kejantananku mulai berdenyut-denyut dengan kerasnya, ada sesuatu yang berusaha untuk keluar dari batang kejantananku. Kucoba untuk menahannya selama mungkin agar tidak segera keluar, tapi jepitan dinding kemaluan Teteh Shinta akhirnya meruntuhkan pertahananku.

“ Sssss… Tehhhh… Oughhh... ”, desahku.

Keluhan panjang penuh kenikmatan keluar dari mulut ku disertai dengan,

“ Crotttt... Crotttt... Crotttt... ”,

Terseemburlah spermaku menyemprot dengan kuat, mengisi relung-relung terdalam liang kewanitaan Teteh Shinta, kemudian badanku tertelungkup lemas menidih badan mungi Teteh Shinta. Sementara kuubiarkan kejantananku tetap didalam kemaluan Teteh Shinta untuk merasakan sisa-sisa Klimaksku. Kurasakan kemaluan Teteh Shinta tetap saja berdenyur-denyut, meski tak sekuat tadi.

“ Teh, terima kasih ya udah mau puasin Arif ”, ucapku dengan manja.

“ Dasar kamu Rif, kalau lagi nafsu jangan main maksa dong, masak Teteh kamu sendiri kamu perkosa juga... !!!!”, ucapnya manja.

“ Iiihhhhh… Teteh... tapi Teteh senang juga... kaannnn ... ????”,

“ Iya... siiihhh... !!!!!”, kata Teteh Shinta malu-malu.

Singkat cerita semenjak kejadian skandal itu, sikap Teteh Shinta terhadapku berubah 360 derajat, biarpun sikap kami ini tetap terjaga dihadapan Paman dan adik Teteh Shinta. Aku dan Teteh Shinta sering berhubungan sex bersama kalau rumah lagi sepi. Aku makin merasa sayang saja terhadap Teteh Shinta, apalagi Teteh Shinta melayani nafsu sex saya dengan rela dan sepenuh hati.

Kawasan Judi

END
Share:

Cerita Dewasa Pembantu Ku yang Kenikmatan

Kisah panas ML dengan dua pembantu bahenol dengan judul “ Cerita Seks: Ketakutan Pembantu Cantik Berubah Menjadi Erangan Kenikmatan ” yang tidak kalah serunya dan dijamin dapat meningkatkan libido seks, selamat menikmati.

Kamis sore. Ari duduk di balkon kamarnya. Inem, pembantu yang lugu, cantik dan bahenol, mengepel lantai balkon. Ari teringat kejadian kemarin dengan Mita yang pulang tadi pagi. Tengah merenung, mata Ari tiba-tiba tertumbuk ke payudara Inem! Kancing atas baju Inem terlepas dua, sehingga payudaranya terlihat jelas. Ternyata tidak menggunakan BH. Inem menyadari Ari menatapnya jalang. Cerita Seks.
Pipinya memerah, menambah ayu wajah desanya. Ketika Inem menyadari kancing baju bagian atas lepas, segera dibenarkan, dan merah di mukanya makin menjadi. Inem cepat-cepat berbenah dan keluar dari kamar Ari. Inem tampak menggiurkan dari belakang dengan kain yang melilit tubuhnya. Inem sekarang menjanda, korban perkawinan usia muda. Paling tua mungkin 18 tahun sekarang. Ari sendiri berumur 19 tahun.

Tak lama kemudian, Ari merasa birahinya muncul akibat Inem. Dipanggilnya Inem lewat intercom.

Kawasan Judi

“Neem! Inem, cepet!”.

“Nggih, Den Bagus”, Inem tergopoh-gopoh menjawab.

“Pijetke aku, Inem, aku pegel!”, keluar bulusnya Ari.

“Nggih, Den Bagus”, Inem segera menuju kamar Ari.

Ketika Inem masuk, Ari ternyata sudah menanggalkan pakaiannya, dan bersembunyi di balik pintu. Inem masuk, tidak melihat Ari.

“Den, kulo sampun siap mijet”, kata Inem.

“Aku dibelakangmu, Inem”, Ari mengagetkan Inem yang terperangah melihat Ari telanjang.

“Den, mboten Den, ampun, Den!”, Inem ketakutan. Ari tidak menjawab, hanya maju mendekati Inem. Inem mundur seiring Ari maju, hingga tersandung dan jatuh ke ranjang.

“Kulo njerit, lho, Den!”, Inem mengancam.

“Teriak aja”, tantang Ari, karena kamarnya kedap suara.

Ari menyusul Inem, menciumnya, dan membuka kemeja Inem. Saking ketakutan, Inem tidak berontak. Setelah kemeja Inem terlepas, Ari ganti menciumi dan mengulum payudara serta puting Inem. Payudara Inem ternyata lebih besar, lebih indah daripada cewek-cewek yang lain, dan lebih kenyal. Ari merobek kain Inem, dan ternyata bulu vagina Inem lebat sekali. Cerita Seks.

Jari Ari masuk ke dalam vagina Inem, meraba-raba, memberi rangsangan. “Nggh! Den, sampun, nggh! Den”, desah Inem setelah mencapai orgasme pertamanya. Ari tidak peduli. Jarinya keluar, ganti penisnya yang mengeras masuk. Ari mengeluar-masukkan penisnya dengan keras, tapi lembut. Inem merasakan nikmat yang tiada duanya karena clitorisnya terdesak penis Ari.

Ketakutan Inem telah berubah menjadi kenikmatan. Inem menggoyangkan pinggulnya, mencoba menyedot penis Ari, tetapi Ari tetap saja dapat mengeluar-masukkan penisnya, malah mempercepat tempo. Sementara puting susu Inem dikulum Ari, lalu pindah ke leher Inem, diciuminya dengan penuh gairah. Sontak Inem mengejan, memeluk Ari erat. Tapi.., “Nggh! Nggh!”, Inem mencapai orgasme lagi. Inem berusaha melepaskan diri karena capek, tapi tak berhasil. Ari tetap mengeluar-masukkan penisnya dengan lembut. Cerita Seks.

Karena Inem kehabisan tenaga, orgasmenya yang ketiga terhitung cepat, hanya sekitar tiga menit dan, “Nggh! Nggh! Ngghh! Den, sampun, kulo mboten kiat!”.

Tetap saja Ari yang maniak seks ini menggoyang pinggul dan mengeluar-masukkan penisnya.

“Den, stop, Den!”, jerit Inem.

“Inem, sebentar”, Ari merasa maninya akan keluar, dan dipercepat temponya. Ari memeluk Inem erat, begitu juga dengan Inem. Dan, “Awggh! Ngghh! Den, stop!” Inem mencapai klimaksnya terlebih dahulu.

“Ngghh!”, akhirnya Ari tidak dapat membendung lagi. Ari segera bangun, mengambil sejumlah uang bernilai satu setengah bulan gaji. Diberikannya pada Inem.

“Matur nuwun sanget, Den Bagus!”, Inem girang. Bayangkan, satu setengah bulan gaji!

Seminggu kemudian ketika Ari sedang berenang di kolam renang pribadinya, ketika birahinya muncul. Ari segera teringat Inem. Rumah sedang sepi. Tinggal Ari, Inem, dan Inah, Adik Inem.

“Neem! Gawe’ke (bikinin) sirup!”, Ari berteriak memanggil.

“Nggih Den!” Inem menyahut.

Tak berapa lama kemudian Inem datang membawa segelas sirup. Ketika Inem mendekat, Ari mengamati tubuh Inem. Masih seperti minggu lalu. Ari menunggu Inem menaruh gelas. Setelah Inem berbalik, Ari langsung menerkam Inem. Inem memberontak. Cerita Seks.

“Den, mboten, Den”, Inem mengiba seperti waktu itu. Ari tidak mempedulikannya, malah menceburkan dirinya dan Inem ke kolam renang bagian dangkal. Tubuh Inem yang terbungkus daster, segera terlihat bagian dalamnya. Inem tidak memakai bra. Payudaranya yang indah semakin mengkal dan berwarna merah muda. Rambutnya terurai, membuat dia semakin seksi, dan menambah gairah Ari.

Ari segera melepas dasternya, merobek celana dalamnya. Bibir dan leher Inem dikulum Ari. Payudaranya menegang. Ibaan Inem berganti ke desah kenikmatan. Jari Ari masuk ke vagina Inem, dan memainkannya di dalam vagina Inem. Tubuh Inem bergetar, menahan agar cairannya tidak keluar. Tapi, apa daya, tubuhnya menggelinjang hebat, seiring keluarnya cairan. Ari segera mengeluarkan jari, dan penisnya menggantikan jarinya.

Ari bermain gentle, mengeluar-masukkan penisnya dengan lembut diiringi erangan Inem. Inem mencoba mengimbangi dengan menggoyangkan pinggulnya. Ari membalas dengan mempercepat tempo, dan mengulum puting Inem, disertai gigitan-gigitan kecil. Cerita Seks.

“Den, kulo mboten kiat (kuat), Den!”, iba Inem. Tubuh Inem bergetar akibat orgasme yang kedua kali. Ari meningkatkan serangan, dengan meremas pantat, dan menjilati leher Inem yang jenjang.

“Ngghh!”, Inem mengerang, mengeluarkan cairannya untuk ketiga kalinya. Inem memberontak dan berhasil lepas. Lari. Tapi karena berat badannya ditahan air, Ari langsung menerkam, dan memaksa Inem bersimpuh. Langsung Ari memasukkan penisnya dari balakang dengan posisi doggie style, disertai remasan pada payudara, dan jilatan pada tengkuk Inem. Inem hanya bisa mengerang nikmat.

“Nggh!”, untuk ketiga kalinya Inem menyerah kalah, lalu Ari menukar posisi Inem. Ari di bawah, Inem di atas. Ari membimbing Inem bergerak kedepan dan ke belakang. Ari mempercepat gerakan dan, “Ngghh!”, Inem menyeInah untuk kesekian kalinya dengan getaran yang hebat.

“Den, kulo mboten kiat, Den!”, Inem benar-benar mengiba. Melihat Inem tidak berdaya, Ari yang belum puas segera memanggil Inah, Adik Inem yang berumur 16 tahun, tapi manis, seksi, menggairahkan, dan sepertinya, masih perawan!, Hmm, Yummy!! Ari berteriak memanggil Inah..”, Inah.. sini!”..

“Sekedap (sebentar), Den!”, Inah tergopoh-gopoh lari ke kolam renang. Rupanya Inah belum tahu apa yang terjadi.

Sampai di pinggir kolam renang, Inah hanya melihat kakaknya telanjang bulat, tergeletak pasrah di kolam renang yang dangkal. Tiba-tiba Ari muncul dari dasar, dan melompat ke darat dengan telanjang bulat. Inah terperangah, terpaku di tempat. Ari segera melepas kebaya Inah dengan hanya sekali rengutan. Payudaranya turun naik, mengikuti gaya yang yang di praktekkan Ari. Cerita Seks.
Ari mengamati tubuh Inah. Sangat indah. Wajah desa yang ayu, makin manis bila terperangah. Rambutnya yang sepinggang, menambah seksi. Belum lagi tubuhnya. Halus dan indah seperti pahatan pematung terkenal. Lehernya yang jenjang, payudaranya yang penuh, perut kecil, tubuh padat dan indah, ditambah dengan pinggul yang besar. Ari merengut jarik Inah. Terlihatlah kakinya yang indah, paha mulus, dan bulu vagina yang lebat. Ari menciumi leher Inah, payudaranya, mengulum putingnya, dan meremas pantat Inah. “Den, mboten, Den”, iba Inah, seperti ibaan kakaknya. Cerita Seks.

Terlambat, jari Ari memasuki vaginanya. Ternyata masih perawan. Tiba-tiba Inah diceburkan Ari ke kolam. Inah megap-megap. Rambutnya yang basah, menambah besar birahi Ari. Ari menyeburkan diri, mendekai Inah. Inah merapat ke dinding, berpegangan pada lis di tepi kolam. Ari menciumi bibir Inah dengan penuh nafsu, kemudian mengulumnya, seperti hendak dilumatnya. Inah yang belum pernah ciuman, kaget, tapi menikmatinya. Kemudian dengan perlahan Ari memasukkan penisnya yang mengeras ke vagina Inah yang perawan.

“Aggh!”, erang Inah, meraskan sakit sekaligus nikmat, karena penis Ari besar dan panjang. Darah keluar, bercampur dengan air, lalu hanyut. Ari bermain gentle, tapi Inah tidak bisa mengimbangi. Dengan berpegang kuat-kuat pada lis, Inah mengejan.

“Nggh!! Den, nikmat, Den”, desah Inah. Ari mulai lagi. Inah memeluk Ari. Ari menjilati leher, menciumi bibir, payudara, mengulum bibir dan puting. Inah mencoba menggoyang. Ari tidak mau kalah. Dipercepat gerakannya dan, “Nggh! Den, sampun (sudah), Den!”, Inah mengiba.

Ari tidak peduli. Tubuh Inah diputar hingga membelakangi Ari. Kemudian dimasukkan penisnya, dan mendorong tubuh Inah ke bawah dan ke atas, sembari meraba tubuh Inah yang nyaris sempurna, meremas payudaranya, dan menjilati lehernya. Inah nampaknya menikmati permainan ini. Tapi.., “Nggh!”. Inah mencapai klimaks yang ketiga. Ari menggendong Inah ke bagian dangkal lalu membaringkan di sebelah Inem yang sedang kelelahan. Ari mengambil posisi atas, dan bermain kasar terhadap Inah. Dalam posisi ini, Inah kalah sampai tiga kali. Cerita Seks.

Ari sekarang di bawah, membantu Inah. Tak lama kemudian, Inah memeluk Ari erat-erat karena sedang menahan cairannya agar tak keluar. Ari juga memeluk Inah, karena merasa air maninya akan keluar dan.., “Awggh!, Nggh!”. Ari dan Inah mencapai orgasme pada waktu yang bersamaan, dan cairan mani membanjiri vagina Inah.

Tapi Ari belum puas, dan menyergap Inem. Inem tidak berdaya. Ari bermain kasar dan.., “Nggh!, Awggh!”, Cairan hangat dan kental dari Ari dan Inem membanjiri vagina Inem. Ari berdiri, lalu mengambil uang sejumlah empat bulan gaji untuk mereka berdua. Cerita Seks.

Inem dan Inah berterima kasih karena mendapatkan uang sebesar dua bulan gaji!

Kawasan Judi

END
Share:

Cerita Dewasa Nikmatnya Wanita Berdarah Campuran Jepang

 Ini satu lagi pengalamanku sebelum bertemu Hanny. Aqu berpacaran dgn seorang gadis keturunan Jepang, sebut saja namanya Meywan. Ayahnya seorang Jepang yg telah menjadi WNI, sedangkan ibunya orang Indonesia asli keturunan Dayak. Jadi bisa dibaygkan anaknya berkulit putih mulus (kalau orang bilang kopi masuk tenggorokannya akan kelihatan).

Kawasan Judi

Awal mula pertemuanku, pada sebuah pesta valentine yg akhirnya berlanjut sampai sekitar enam tahun. Memang pacaran merupakan awal bagi kami berdua. Maka aqu mencoba untuk mempelajari arti pacaran bersamanya. Mungkin malam itu merupakan malam pertama bagi kami mencoba suatu yg baru dalam berpacaran. Di sebuah gedung bioskop aqu dan dia bercumbu saling berciuman “hot” sekali sampai-sampai kami tidak tahu apa filem yg kami tonton. Kucium bibirnya sambil tanganku bermain di payudaranya. Kutekan ke dalam puting susunya, ia pun mendesah “Aahh…” aqu tak mengerti rasa apa ygsedang dialaminya. Tanganku terus aktif menelusuri kedua bukit kembarnya sambil terus mendengar desahan mesra yg keluar dari mulutnya. Pasangan di sebelahku tampaknya ikut memperhatikan tapi kubiarkan mungkin mereka ingin merasakannya juga.

Tanganku terus merayap membuka kancing celana jeans-nya dan menarik retsleting dan terus masuk ke dalam CD-nya sampai mendapatkan bukit berbulu halus. Kuusap-usap bukit itu dan jariku mulai mencari liang kemaluan ygtelah mulai basah keenakan. Jariku mulai memasuki lubang kemaluan itu dan terus bermain masuk-keluar, mulut mungilnya terus mendesah dan tubuhnya sedikit mengejang. Kurasakan bertambah basah kemaluannya, ternyata dia klimaks lagi. Kuambil tangan kanannya, kuantar ke kemaluanku, Meywan seakan mengerti dan membuka kancing dan menarik retsleting celanaqu. Ditangkapnya gagang kemaluanku yg sudah mulai menegang dipermainkannya, aqu cuma berbisik, “Kocok dong!” Ia pun mengerti, tangannya mulai bermain ke atas dan ke bawah membuatku keenakan. Mungkin ia melihat mataqu terpejam keenakan. Meywan terus mempermainkannya dgn tempo yg bertambah cepat, aqu cuma bisa mendesah “Terus Meywan, enak.” Semakin cepat tempo yg dilaqukan,semakin berdesir darahku. Tangan Meywan membuka lebih lebar retsletingku agar lebih leluasa tangannya bermain di kemaluanku.

Permainan dimulai lagi perlahan dan lama kelamaan semakin cepat.

“Jim kenapa? Enak ya.” Aqu cuma tersenyum sambil mengangguk.

“Aah.. ahhhsedikit lagi nich terus… ach.. ach… achhh…” keluar sudah air maniku, aqu segera menciumnya dgn penuh nafsu. Meywan berkata,

“Ih kok elo kencing sih… tangan gua basah nich.” Aqu segera berbisik menjelaskan apa yg terjadi, kulihat dia mengerti dan segera berbisik lagi,

“Ada tissue nggak?” Ia pun segera mengambil tissue dan mulai mengelap kemaluanku yg telah basah tadi. Aqu cuma berbisik,

“Makasih ya, enak loh, belajar dimana?”

Meywan tersenyum dan berbisik, ”Loh kan elo yg ngajarin.”

“Iya bener,” jawabku sambil tersenyum.

Filem pun berakhir, kami pulang ke rumahnya dan pucuk di cinta ulam tiba, ayahnya belumlah sampai di rumah, kedua adiknya tidak pulang karena harus menginap di rumah saudaranya. Aqu pun tidak mau merugi. Kumanfaatkan kesempatan,

“Mau yg lebih enak nggak?” kutarik tangan Meywan dan mulai kukulum bibir mungilnya. Tanganku pun mulai aktif bermain di kedua bukit kembarnya. Kutekan ke dalam puting susunya ia pun mendesah

“Ach…” entahmengapa semakin aqu mendengar desahan Meywan semakin ganas mulutku bermain. Kujilati seluruh leher dari mulai tengkuk sampai ke lehernya, desahan Meywan pun semakin merangsangku. Sesekali kukulum bibir mungil Meywan. Ia pun sudah mulai mengerti dgn membalas kulumanku. Kujulurkan lidahku ke mulut Meywan dan memancing agar lidahnya juga terjulur. Aqu pun mengajarkan secara tidak sengaja

“French Kiss” yg menurut sementara orang merupakan cara berciuman yg paling nikmat.

Tanganku semakin aktif kubuka baju Meywan sampai terlihat kedua bukit kembar menantang ditutupi BH warna pink. Kutarik tangan Meywan ke arah kemaluanku. Kubuka BH penghalang itu dan lidahku mulai bermain, kujilati kedua puting susu kemerahan itu bergantian. Semakin kujilati dgn mesra semakin nikmat yg Meywan rasakan. Sesekali kupandang mata Meywan yg terpejam merasakan nikmatnya. Sesekali kusedot dan

“Ach… Jim terusss… Jim, enak bener… achh.. achhh Jim enakkk… terusss.” Kata-kata itu terus keluar dari mulut Meywan yg mungil. Lidahku semakin lincah mendengar suara desahan itu. Kujilati terus seluruh bukit kembar itu dan terkadang leher jenjang Meywan sampai ia merasakan nikmatnya permainan ini dan akhirnya,

“Aachhh…”tubuh mungil itu menggelinjang. Aqu segera mengerti bahwa Meywan telah klimaks untuk yg pertama. Tangan Meywan sudah semakin mengerti, dibukanya kancingdan restletingku, dipegangnya gagang pusaka itu dan dimainkannya naik turun. Perlahan tapi pasti dan dgn tempo yg semakin cepat.

“Achhh…” kurasakan semakin nikmat. Ternyata memang tak percuma pengalaman di bioskop tadi yg kuajarkan.


Darahku semakin berdesir, rasa nikmat tiada duanya kudapat. Segera kutundukkan kepala Meywan sambil kubisikkan,

“Isep dong!” Meywan pun mengangguk dan mulut mungil itu telah bermain dgn kemaluanku. Dijilatinya dari kepala sampai gagang dan sesekali dimasukkannya gagang itu ke mulutnya sambil kurasakan hisapan hangatnya. Tangan Meywan pun tak berhenti bergerak naik turun. Sesekali dihisapnya ujung kemaluanku, kulihat pipinya menggembung akibat mulutnya kemasukkan gagang wasiat peninggalan nenek moyg.

“Achhh…” keluar desahan dari mulutku. Semakin nikmat kurasakan, aqu pun segera menarik Meywan, kubuka celana jeans-nya dan kuarahkan lidahku kekemaluannya yg sudah membasah. Kujilati terus lubang kemerahan itu dan sampai ke klitoris merah yg menantang. Kujilati terus dgn perlahan tapi pasti. Terus kupandangi wajah Meywan yg terpejam kenikmatan. Tangan Meywan sesekali memegangi kepalaqu menahan nikmat yg kuberikan. Kupandangi lubang kenikmatan itu. Jari-jari nakalku mulai bermain. Kumasukkan jari telunjukku ke dalam kemaluan Meywan. Kupermainkan kemaluan itu dgn jariku, keluar-masuk. Terus kulaqukan sambil sesekali menambah tempo lebih cepat. Meywan pun menggelinjang, “Achh… achh… achhh…” Keluarlah air kenikmatan membasahi kemaluan Meywan.

Kulihat Meywan terkulai kenikmatan, kutarik tubuhnya dan kutempatkan di sofa single dgn posisi menantang menghadapku. Kuarahkan gagang kemaluanku ke lubang kemaluan Meywan sambil kuangkat kedua kaki indah itu di atas pundakku. Kuangkat sedikit pantat indah itu agar semakin mudah gagangku mengarah. “Echh.. echhh… blessss…” akhirnya berhasil juga gagang wasiat itu masuk, terus kugerakkan keluar masuk. Kulihat Meywan terbujur sambil matanya yg terpejam merasakan nikmatnya suasana. “Terus… terus… Jim, perlahan-lahan biar nikmat.” Aqu terus tanpa peduli memacu kemaluanku sampai akhirnya… “Achhh….” keluarlah air mani dari kemaluanku dan Meywan pun menggelinjang menahan air nikmat yg keluar dari kemaluannya. Kami terkulai lemas, kulihat Meywan tersenyum sambil berbisik,

“Mau lagi dong!” Aqu pun semakin tertantang, kutarik kepala Meywan dan sedikit kutundukkan, Meywan pun mengerti. Segera mulut mungil itu bermain di kemaluanku menjilati sampai bersih air maniku. Setelah bersih, kembali mulut mungil itu bermaindgn tongkat wasiatku. Gagang kemaluanku masuk ke dalam mulutnya dan tangan kanannya bermain naik turun. Gagang kemaluanku pun yg telah kuncup kembali menegang, darahku kembali berdesir. Nikmat yg kurasakan terasa lebih nikmat. Aqu tak kuasa berkata-kata cuma desahan dan nikmat yg luar biasa yg bisa kurasakan.

Setelah tak tahan merasakan nikmat yg luar biasa, aqu pun berbalik menarik Meywan untuk membangkitkan lagi rangsangan untuknya. Kujilati Kedua payudara menantang dan terus lidahku bermain sampai mengarah ke lubang kemaluan Meywan. Kujilati habis bagai anjing yg kehausan, terus kujilati sambil sesekali melirik Meywan yg semakin teransang kenikmatan. Kubukalebar kedua paha Meywan sehingga terlihat lubang menganga yg menunggu kedatangan gagang wasiatku. Kujilati klitoris kemerahan dgn perlahan tapi pasti,

“Achhh…” Meywan kembali mencapai klimaks. Melihat Meywan terkulai lemas kuangkat tubuhnya sehingga menghadap membelakangiku. Kuangkat sedikit pantat Meywan sehingga membuat posisi menungging atau kalau orang barat bilang “doggy style”. Kuarahkan gagang kemaluanku, tetapi terasa sulit sekali untuk masuk. Terus aqu berusaha sampai akhirnya kubuka sedikit kedua paha Meywan. Kuhujam gagang kemaluanku dan akhirnya dgn sedikit usaha masuk kembali gagang itu ke kemaluan Meywan. Tanganku berpegang pada kedua pinggul Meywan dan perlahan tapi pasti kupacu gagang kemaluanku keluar dan masuk lubang kemaluan Meywan. Agak seret memang posisi ini dibanding posisi sebelumnya, sehingga agak sulit bagiku untuk menambah tempo, tapi aqu terus berusaha menambah tempo. Semakin cepat dan semakin cepat, “Jim pelan-pelan, sakit,” tiba-tiba kata-kata itu keluar dari mulut Meywan.

Sebentar kupandang wajah Meywan yg meringis kesakitan,

“Tapi enak kan?” Kulihat Meywan mengangguk, maka semakin tidak pedulilah aqu terus memacu gerakan keluar masukku. Terus kupacu sampai sekitar 15 menit kurasakan cairan hangat mulai membasahi kemaluanku. Meywan mulai terkulai lemas, tanpapeduli terus kupacu gagang kemaluanku untuk terus mencapai klimaks. Memang terasa lebih lama permainan yg sekarang dibanding permainan tadi, terus kupacu sampai akhirnya kurasakan sesuatu akan melesak keluar dari kemaluanku. Kucabut keluar gagang kemaluanku dan kubalikkan tubuh Meywan yg sudah terkulai lemas. Kukocok sendiri gagang kemaluanku dgn tempo tinggi sampai akhirnya

“Achhh… ssshhh…” keluar air maniku dan kuarahkan ke payudara Meywan. Aqu pun terkulai lemas dan kubisikkan Meywan agar mengusap air maniku ke seluruh permukaan payudaranya.

“Biar lebih kenceng,” kataqu. Meywan cuma diam dan melaqukan apa yg kuinginkan. Setelah selesai,

“Masih mau yg lebih enak lagi?” tanyaqu.

“Iya dong,” jawab Meywan sambil terkulai lemas. Aqu cuma mengangguk sambil mengingatkan bahwa ayahnya sebentar lagi pulang.

Kami segera pergi ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Betul saja tak lama kemudian terdengar suara klakson mobil, aqu segera keluar membukakan pintu garasi.

“Selamat malam Om,” sapaqu. Ayah Meywan hanya tersenyum dan masuk ke rumah. Setelah bercanda sebentar aqu pun pamit pulang. Kubisikkan,

“Nanti gua ajarin lagi yg lebih enak.” Meywan cuma tersenyum dan mengangguk tanda setuju. Aqu pun segera pulang dgn hati senang.

Kawasan Judi
__________________

• TAMAT •
Share:
Diberdayakan oleh Blogger.

Postingan Populer

Chat NOW