Jumat, 09 Agustus 2019

Cerita Dewasa Akibat Rangsangan Dokter Kandungan

Malam itu terlihat Devira sedang berada disebuah tempat praktek Dokter Kandungan, setelah kejadian-kejadian mesum yang di alaminya dengan hardi dan sigit. devira takut suatu saat nanti dirinya hamil karna sperma laki-laki lain, dan kalau nanti ia sampai hamil pasti suaminya mengetahui perbuatannya bersenggama dengan orang lain.

Kawasan Judi

Hari ini kebetulan suaminya sedang pergi keluar kota selama 2minggu, Devira yg memang sedang menunggu waktu yg tepat untuk mendatangi dokter kandungan, akhirnya memutuskan untuk mendatangi tempat praktek dokter kandungan, ia ingin cepat-cepat berkonsultasi dengan dokter kandungan untuk memastikan alat kontrasepsi apa yg cocok untuk dia, sebab Devira ingin segera merasakan kepuasan bersenggama kembali, hampir lebih dari 2 minggu.Devira tidak dapat menikmati sodokan-sodokan perkasa yg dapat memberikan kepuasan kepada dirinya, sebab ia takut akan hamil.bu Devira,”Devira mendengar namanya dipanggil.Yach, betul,” Devira menjawab, dan menengok kearah siempunya suara yg ternyata suster di tempat praktek ini.Sekarang giliran ibu,” kata suster tersebut, “mari ikut saya, bu.!!”Oh..yach,” jawab Devira, sambil berdiri dan mengikuti suster itu menuju keruangan praktek.Devira baru menyadari tempat praktek dokter kandungan yg tadi lumayan penuh dengan pasien, sekarang telah kosong, Devira menyadari bahwa ia adalah pasien terakhir.

Dok, ini ibu Devira pasien terakhir kita malam ini,” Kata suster itu kepada lelaki yg berada didalam ruangan praktek itu Dalam hati Devira membatin,”masih muda nih dokter, dan wajahnya lumayan ganteng,” Devira memperkirakan dokter ini seumuran dia.Malam, dok,” Devira menyapa si dokter.Malam, juga Bu! Silahkan duduk bu! Apa yg bisa saya bantu??,” si dokter menjawab sambil bertanya dan mempersilahkan Devira duduk.Sebelum sempat Devira menjawab pertanyaan sang dokter, ia mendengar si suster berkata,Dok, ibu Devirakan pasien terakhir.dan saya kebetulan ada keperluan keluarga, boleh saya pulang lebih dulu,”Oh..ok, “ jawab si dokter sambil beranjak dari tempat duduknya.Sebentar yach bu,” kata si dokter ke Devira, lalu dokter itu keluar dari ruangan mengikuti si suster.Tak lama kemudian dokter itu kembali dan berkata kepada Devira,” maaf yach bu, soalnya saya harus mengunci pintu depan, kalau tidak nanti ada orang datang lagi untuk berobat atau berkonsultasi, padahal ibu Devira-kan pasien saya terakhir apalagi suster saya sudah pulang”Oh..gak apa-apa kok,” balas Devira Nach, sekarang apa keluhan ibu, mudah-mudahan saya bisa bantu,” tanya si dokter.

Begini dok, saya ingin memakai alat kontrasepsi, tapi saya tidak mau kalau suami saya itu memakai kondom, jadi kira-kira alat kontrasepsi apa yg bagus untuk saya,” Devira menjelaskan maksud tujuannya datang ketempat praktek ini.Oh itu, memang ibu dan suami sudah tidak berkeinginan untuk mempunyai anak lagi, ngomong-ngomong sudah punya berapa anak?” tanya sang dokter lagi.yach begitulah, saat ini kami mempunyai satu anak, “ jawab Devira sedikit berbohong, sebab tidak mungkin ia menjelaskan kedokter bahwa ia ingin lebih puas dalam menikmati perkasa tanpa takut akan hamil.Baru satu?? Memang tidak berkeinginan nambah, bu??” si dokter memastikan.Hmmhh…betul,” Devira menjawab sambil tersenyum.Lalu ibu mau yg sementara atau selamanya,” tanya sidokter.maksudnya??” Devira balik bertanya.Begini loh, Bu!. Kalau sementara saya sarankan ibu untuk menggunakan spiral, tapi kalau ibu dan suami ingin untuk selamanya tidak mempunyai anak lagi, yach! Saya menyarankan ibu untuk disteril, maksud saya saluran indung telur ibu harus saya tutup rapat, jadi kalau ibu berhubungan dengan suami.

sperma suami ibu tidak dapat lagi menerobos kesaluran indung telur ibu, dengan begitu saya jamin tidak ada satupun indung telur ibu yg dapat dibuahi oleh sperma suami ibu,” jelas sang dokter panjang lebar.Ooohhh…begitu,” gumam Devira,” Kalau gitu saya pilih yg sementara saja, siapa tahu nanti kita ingin mempunyai anak”Ibu mengambil keputusan yg tepat, nach sekarang ibu silahkan berbaring disana, saya akan mempersiapkan peralatannya,” kata si dokter sambil menunjuk kearah ranjang.Bajunya dan CDnya tolong dilepas, Bu!!, terus ibu kenakan ini” lanjut sidokter sambil memberikan jubah berwarna biru muda.wah, bu!! terbalik pakai jubahnya,” dokter itu berkata sambil tersenyum saat melihat Devira mengenakan jubah itu dengan bagian yg terbukanya berada didepan.Bagian yg terbukanya itu untuk dibelakang, kalau ibu pakai seperti itu nanti saya gak akan selesai-selesai memasang alat kontrasepsinya, sebab mata saya akan melihat kedada ibu terus,” lanjut sidokter sambil bercanda ke Devira.

Ohhh…he..he..dokter bisa aja,” Devira tersipu malu mendengar guyonan si dokter, sambil membetulkan jubah tersebut, kemudian iapun berbaring diranjang.Devira bingung melihat ranjang tersebut sebab panjang ranjang tersebut tidak sepanjang ranjang-ranjang yg biasa ada ditempat-tempat praktek dokter, panjang ranjang ini hanya sampai sebatas bokongnya saja, sehingga kedua kakinya terjuntai kebawah, Devirapun melihat adanya keanehan dengan ranjang ini, dimana disamping kiri dan kanan kedua kakinya ada bantalan cekung dan letaknya lebih tinggi dari ranjangnya.Setelah selesai mempersiapkan peralatannya, sang dokter menghampiri ranjang tersebut, melihat posisi rebahan Devira diatas ranjang, dokter itupun tersenyum simpul,Ibu, baru pertama kali yach datang kedokter kandungan??,” tanya sidokter tersenyum.Tanpa menunggu jawaban Devira, sang dokterpun mulai mengangkat kaki Devira satu persatu dan menempatkan dibantalan cekung yg berada disamping kiri kanan kaki Devira itu, perbuatan sidokter membuat Devira terhenyak, Devira tahu dengan posisinya dimana kedua kakinya terangkat dan terbuka lebar ini.

kemaluannya akan Nampak jelas didepan sidokter, mukanyapun menjadi merah sebab menahan malu, melihat Devira yg tersipu-sipu malu dan wajahnya menjadi merah, sidokter hanya tersimpul dan diapun merasa yakin sekali bahwa ini adalah kunjungan yg pertama Devira ke dokter kandungan.Maaf, yach, Bu,” sidokter berkata saat jari jemarinya mulai menyentuh bibir kemaluan Devira. Hhmmmhh….,” Devira hanya bisa mengangguk, sebab menahan malu dan perasaan yg aneh saat jari-jari sidokter menyentuh bibir kemaluannya.Kedua jari tangan kiri sidokter mencoba untuk sedikit membuka lubang kemaluan Devira dari sebelah atas, sehingga kelentit Devira tersentuh oleh telapak tangan sidokter, sementara tangan kanan sidokter mencoba untuk memasukkan peralatan hampir seperti corong, agak lumayan lama sidokter berkutat untuk memasukkan alat itu kelubang kemaluan Devira, sementara Devira merasakan geli yg aneh dan nikmat saat kelentitnya tergesek-gesek oleh tangan sidokter, akibatnya gelora birahi Devira mulai bangkit, kemaluannya mulai basah.
Ouugghhh…..ssshhhh,” Devira menjerit lirih saat merasakan alat yg seperti corong berdiameter 3cm terbenam di dalam lubang senggamanya, bokongnya terangkat sedikit, kedua tangannya mencengkram pinggiran ranjang dengan erat.Maaf..bu.!! sakit…!!

Tahan sebentar yach, saya akan mulai memasang spiralnya,” kata sidokter.Si dokter merasa heran dengan kondisi lubang kemaluan Devira yg masih sempit ini, dalam hatinya ia berkata, “gila nich ibu, udah keluar satu anak, tapi masih sempit begini.sepertinya juga jarang dipakai oleh suaminya,”, sambil tangannya memijat-mijat pelan kedua belah bibir kemaluan Devira dengan tujuan untuk membuat rileks otot-otot kemaluan Devira, saat ia sedang memijat-mijat itu dari corong kacanya itu ia melihat lubang kemaluan Devira yg berwarna merah muda itu berkedut-kedut, belum pernah selama ia praktek melhat kejadian ini, sebab sudah berpengalaman ia mengetahui bahwa tebakannya itu betul, kemaluan Devira jarang dipakai oleh suaminya, sebab hanya dengan alat yg teronggok diam saja kemaluan Devira sudah basah.

Hhhhmmmm…sssshhhh….hhhmmmm…..ssshhhh..” Devira merintih lirih menikmati pijatan-pijatan lembut dibibir kemaluannya dan merasakan sumpalan alat dilubang senggamanya.Mendengar lirihan Devira, sidokter semakin yakin dengan tebakannya itu, dalam hatinya membatin,”kalau kuentot mau tidak yach ini ibu???, atau malah nanti dia marah??..”Setelah melihat cengkraman dinding kemaluan Devira dialatnya mulai mengendur, sidokterpun mulai mengambil spiral berbentuk T dan penjepitnya, lalu melalui corong tadi ia mulai memasukkan spiral tersebut menggunakan penjepit.sebab corong itu terbuat dari kaca ia bisa melihat keadaan didalam lubang kemaluan Devira, setelah tepat disasaran, iapun sedikit menekan penjepitnya kemudian ia melepaskan jepitan di spiral tersebut dan menarik keluar jepitannya, sambil memegangi kedua bibir kemaluan Devira, sidokter memastikan spiral tersebut terpasang dengan benar, kemudian dengan perlahan-lahan corong itu ia tarik keluar dari lubang kemaluan Devira, gesekan yg ditimbulkannya membuat Devira mengerang lirih.

Setelah terlepas, sidokter kembali memijat-mijat kemaluan Devira, sebetulnya pijatan-pijatan itu tidak perlu dilakukan, dan belum pernah ia lakukan selama ia praktek, saat ini ia lakukan sebab ia terangsang dengan bentuk kemaluan Devira, dalam hatinya ia juga merasa heran kenapa saat ini ia terangsang ingin melakukan persetubuhan dengan pasiennya. Devira sendiri yg dari tadi birahinya sudah bergejolak, merasakan pijatan-pijatan lembut yg saat ini sedang dilakukan oleh sang dokter semakin membuat birahinya membara, erangan-erangannya semakin sering terdengar, tubuhnyapun menggelinjang-gelinjang sebab geli dan nikmat.Oh..baru pijatan tangannya saja sudah membuatku melayg-layg, apalagi kalau dia sodok aku dengan kemaluannya, Oh gila betul rangsangan ini,” Devira berkata dalam hatinya.Tangan Devira yg tadi sedang mencengkram ranjang mulai beralih kepayudaranya sendiri, dari balik jubahnya iapun mulai meremas-remas kedua bukit kembarnya, merasa kurang puas sebab terhalang oleh BH dan jubah yg masih menutupi tubuhnya, Devira kemudian melucuti semuanya sehingga sekarang Devira telanjang bulat didepan sang dokter.

tangannya kembali meremas-remas kedua bukit kembarnya itu, mulutnya menDesis-Desis menandakan Devira sedang menikmati semua itu.Sang Dokter yg melihat aksi Devira melucuti jubah dan Bhnya serta aksi remasan tangan Devira dikedua bukit kembarnya itu tersenyum simpul, “nampaknya ia mulai terangsang dengan pijatan-pijatanku,”, lalu tanpa menghentikan pijatannya, ia pun mulai menciumi kelentit Devira yg mulai terlihat dan mengeras, tidak hanya diciumi saja, tapi ia jilati dan hisap-hisap kelentit Devira yg membuat Devira semakin menggelinjang merasakan kenikmatan permainan lidah sidokter.aksi sidokter semakin menggila, jari tengah salah satu tangan yg sedang memijat-mijat itu mulai menerobos lubang kenikmatan Devira, dengan gerakan perlahan-lahan sidokter mulai mengeluar-masukkan jari tangannya itu, akibatnya lubang kemaluan Devira semakin basah, erangan-erangan Devira pun semakin sering terdengar. Bokongnya semakin sering terangkat seolah menyambut sodokan jari tangan sidokter, kepalanya bergoyg kekiri kekanan, tubuhnya kadang-kadang melenting, Devira betul-betul menikmati serangan-serangan sang dokter dikemaluannya.

Ouughhhh….dddoookkk….eenaaaakkk…aakhhuuu…mau..kel luaarr…ssshhh…aagghhhh..” Devira merintih-rintih kenikmatan.Ssssrr……ssssrrrr….ssssrrrr…… kemaluan Devira memuntahkan lahar kenikmatannya.Tubuh Devira mengejang, sang dokter merasakan hangatnya air kenikmatan Devira yg membasahi jari tangannya.Enak, Bu!!,” tanya sidokter.Iyaachh…” Devira menjawab dengan nafas yg masih tersengal-sengal, matanya terpejam menikmati sisa-sisa kenikmatan yg baru saja ia rengkuh.

Tanpa buang waktu lebih lama lagi.sang dokterpun mulai melucuti seluruh pakaiannya, sehingga sekarang iapun telanjang bulat, Nampak kemaluannya sudah berdiri dengan tegak, ukurannya lumayan besar dan panjang, diapun mulai mengelus-eluskan kemaluannya dibibir kemaluan Devira, membuat Devira menggelinjang, dengan pelan-pelan sang dokterpun menyelipkan kepala kemaluannya di lubang kemaluan Devira, setelah merasa tepat disasaran sang dokterpun mulai melesakkan kemaluannya kedalam lubang kemaluan Devira, setahap demi setahap.

Sleeepp….bleeessss….bleessss…..sang dokter mulai terbenam seluruhnya dalam lubang kemaluan Devira, Devira yg merasakan dokter itu mulai memasuki lubang senggamanya, menDesis lirih. Hatinya membatin,”lumayan besar juga kemaluannya”.Ssshhh….aaaaghhhh..dook…kemaluanmu besar juga…. sssshhhh….puaskan aku dengan kemaluanmu ssshhhh…”Desis Devira.Dengan perlahan-lahan Sang dokter mulai mengeluar-masukkan kemaluannya didalam lubang senggama Devira, kedua tangannya berpegangan dipaha Devira.lama-lama gerakan maju-mundur sang dokter semakin cepat, keringatpun mulai mengalir dikedua tubuh mereka, udara dingin didalam ruangan praktek sebab AC tidak menghalangi keluarnya keringat mereka. Erangan Devira dan sang dokter semakin terdengar, lenguhan-lenguhan nikmat keluar dari kedua mulut mereka.Ouughhh…dookkk…teeruusss…ssooddokkk .kemaluankuuuu…dengaaannn kkonttolmu..ituuu… aaaggghhhh…” Devira mengerang kenikmatan menikmati sodokan sang dokter di lubang senggamanya.

Hhhhmmmm…aaaaghhh…kemaluanmuuu…benaaarr-benaar..sseeemmpitt enaaakkk… oouughhh … koontooolllkuuu…teerjeppiitt…bbeetulll… “ Sang Dokterpun melenguh keenakan merasakan jepitan dinding kemaluan Devira dibatang kemaluannya..Teekkaaannn…lebih daaalllaamm…dookk.. yaaahh..begituu..ssshhhhh…oouughhh…,” rintih Devira meminta sang dokter untuk menekan lebih dalam, yg dituruti oleh sang dokter, dengan hentakan-hentakan yg lebih dalam, hingga kemaluannya terbenam sampai pangkalnya saat sang dokter mendorong masuk kemaluannya.Tak lama kemudian nampak gerakan sang dokter bertambah cepat dan mulai tak beraturan, sementara itu tubuh Devirapun semakin sering terlihat melenting dan bokongnya semakin sering terangkat berbarengan dengan sodokan ****** sang dokter, lenguhan dan erangan mereka bertambah kencang terdengar dan saling bersahutan, nampaknya kedua insan ini akan merengkuh puncak kenikmatan persetubuhan mereka.Ouughhh…doookkk…aaaakkkkuuu…kkeeelluuarrr,” Devira mengerang tubuhnya melenting.

Akkkhhuuu…juuggaaa…mmaaauuu….ooouugghhhh..” sang dokterpun melenguh, dan menekan dalam-dalam kemaluannya didalam lubang senggama Devira, lalu terdiam.Creeetttt…..ssssrrrr…..ccrreeeettt…..ssssrrrr…..Kedua kemaluan mereka akhirnya memuntahkan lahar kenikmatan berbarengan, sang dokter merasakan batang kemaluannya tersiram oleh hangatnya lendir kenikmatan Devira dan ia juga merasakan dinding kemaluan Devira berkedut-kedut meremas-remas batang kemaluannya.Devira sendiri merasakan dinding rahimnya tersemprot oleh cairan hangat sperma sang dokter dan Devira sendiri merasakan pada dinding kemaluannya batang sang dokter berdenyut-denyut.Kemudian sang dokter mencabut batang kemaluannya dari jepitan kemaluan Devira setelah ia merasakan remasan-remasan dinding kemaluan Devira berhenti dan kemaluannya mulai mengecil, saat kemaluannya tercabut dari lubang kenikmatan Devira, terlihat olehnya cairan spermanya bercampur dengan lendir kenikmatan Devira mulai mengalir perlahan dan menetes jatuh keatas lantai.

Setelah nafas mereka kembali normal, mereka mengenakan pakaian mereka kembali, kemudian sang dokter memberi tahu Devira bahwa spiral yg ia pasang itu bisa bertahan untuk 5 tahun, tetapi alangkah bagusnya setiap 3-6 bulan sekali harus diperiksa, untuk memastikan letaknya tidak berubah atau lebih parahnya terlepas. Devira mengangguk tanda mengerti dalam hati Devira berkata ,”pasti aku akan balik lagi, untuk menikmati sodokan-sodokan kemaluanmu lagi,”.Sebelum pulang Devira bertanya berapa biaya yg harus dibayar olehnya, yg dijawab oleh dokter itu dengan senyuman dan kecupan ringan dibibir Devira, gratis!!! bisiknya Devirapun pulang dengan tersenyum simpul, dalam hatinya ia membatin bertambah satu lagi koleksi ****** yg bisa membuat puasku, yg bisa menghilangkan dahaga batinku. Dan sekarang ia tidak akan takut hamil bila melakukan persetubuhan dengan siapapun.

Kawasan Judi

END
Share:

Cerita Dewasa Guru Ku Yang Binal

Waktu itu aku masih kelas dua, di salah satu SMA Negeri di Bandung. Aku termasuk salah satu siswa dengan segudang kegiatan. Dari mulai aktif di OSIS, musik, olah raga, sampai aktif dalam hal berganti-ganti pacar.

Tapi satu hal yang belum pernah kulakukan saat itu hubungan kelamin Sering kali aku berkhayal sedang berhubungan badan dengan salah satu wanita yang pernah menjadi pacarku. Tapi aku tidak punya keberanian untuk meminta, mengajak ataupun melakukan itu.
Mungkin karena cerita sahabatku yang terpaksa menikah karena telah menghamili pacarnya dan sekarang hidupnya hancur lebur. Itu mungkin yang bikin kutakut, setengah mati. Tapi aku menyukai rasa takut itu, bukankah rasa takut itu yang bisa menjauhkan aku dari perbuatan dosa.

Suatu saat, datang gerombolan guru praktek dari IKIP Bandung yang akan menggantikan guru kami untuk beberapa minggu. Salah satu dari guru praktek itu bernama Lisa. Dia begitu cantik, ah bukan… bukan cantik… tapi dia sempurna. Peduli setan dengan matematika yang diajarkannya, aku hanya ingin menikmati wajahnya, memeluk tubuhnya yang tinggi semampai, mengecup bibirnya, dan… aku pun berkhayal sangat jauh, tapi semua itu tidak mungkin. Dengan pacarku yang seumur denganku saja, aku tidak berani, apalagi dengan Lisa.

Kawasan Judi

Singkat cerita, aku melaju dengan motorku. Hari sudah sore aku harus cepat sampai di rumah. Dalam perjalanan kulihat Ibu Lisa. Aku memberanikan diri menghampirinya. Setelah sedikit berbasa-basi dia bercerita bahwa dirinya baru saja pindah kost dan tempat kost yang sekarang letaknya tepat di tengah-tengah antara sekolahku dengan rumahnya.

Sehingga setiap sore aku mengantarkannya ke tempat kost-nya. Kejadian itu berlangsung setiap hari selama satu minggu lebih. Kami berdua mulai akrab, bahkan nantinya terlalu akrab.Seperti biasanya, aku mengantarkan Ibu Lisa pulang ke kost-nya. Anehnya saat itu, dia tidak ingin langsung pulang tapi mengajakku jalan-jalan di pertokoan di daerah Alun-Alun Bandung. Setelah puas kami pun pulang menuju ke kost Ibu Lisa. Dan ketika kupamit Ibu Lisa memegang tanganku dan…

“Jangan dulu pulang, dong!” Ibu Lisa menahanku, tapi memang inilah yang selama ini kuharapkan.

“Udah malam Bu, takut entar dimarahi…” Perkataanku terhenti melihat dia menempelkan jari telunjuknya ke bibirnya yang kecil.

“Jangan panggil aku Ibu Lisa, coba tebak berapa umurku?” ternyata umurnya terpaut lima tahun dengan umurku yang saat itu 17 tahun.

Sesampainya di kamar, dia menyuruhku duduk di depan televisi yang memperlihatkan pahlawan kesayanganku, McGyver. Lisa kemudian menghampiri lemari pakaian di samping televisi.

“Aku punya tiga buah baju baru, coba kamu nilai mana yang paling bagus.”

Kujawab dengan singkat, “OK!” lalu kembali aku menonton McGyver kesayanganku. Walaupun mataku tertuju ke pesawat televisi, tapi aku dapat melihat dengan jelas betapa dia dengan santainya membuka baju seragam kuliahnya, jantungku berdebar keras. Lisa hanya menyisakan BH berwarna hitam dan celana dalam hitam. Dia melakukan gerakan seolah sedang mencari pakaian di tumpukan bajunya yang tersusun rapih di dalam lemari.

“Aku tidak bisa menemukan baju baruku, kemana ya?” Aku hanya terdiam pura-pura menonton TV, tapi pikiranku tertuju kepada belahan pantat yang hanya tertutup kain tipis. Sesekali dia membalikkan tubuhnya sehingga aku bisa melihat dua buah benda yang menggunung di balik BH-nya. Akhirnya dia mengenakan gaun tidur berwarna pink yang sangat tipis, Lalu dia menghampiriku, dan kami berdua duduk berhadapan.

“Kamu kenapa, kok pucat”, aku terdiam.

“Kamu takut ya?” Aku tetap terdiam.

“Aku tau kamu suka aku.” Aku terdiam.

“Hey, ngomong dong.” Aku tetap terdiam

Dalam kediamanku selama itu aku menyimpan sesuatu di dadaku yang berdetak sangat kencang dan keras serasa ingin meledak ketika dia menempelkan bibir mungilnya ke bibirku. Dia melumat bibirku, sedikit buas tapi mesra. Aku mulai memberanikan diri untuk membalasnya. Kugerakkan bibirku dan kulumat kembali bibirnya. Tak lama kemudian, telapak tangan lisa yang hangat meraih pergelangan tanganku

Dibawanya tanganku ke arah buah dadanya. Jantungku saat itu sangat tidak karuan. Kuremas buah dadanya yang tidak terlalu besar tapi tidak juga terlalu kecil, tapi aku dapat merasakan betapa kencangnya kedua gunung surga itu. Lidah kami pun mulai bermain.

Tiba-tiba dia mendorongku, terus mendorongku sehingga aku telentang di atas karpet kamarnya. Aku hanya menurut dan tak bergerak. Lisa membuka baju tidurnya yang tipis. Kali ini dia tidak berhenti ketika hanya BH dan CD-nya saja yang melekat di tubuhnya, tapi BH-nya kemudian terjatuh ke karpet. Belum sempat aku bergerak, Lisa menjatuhkan tubuhnya di atas tubuhku, buah dadanya yang sangat keras menindih dadaku.

“Kamu suka, ya?” aku mengangguk. Aku tak kuasa menahan diri, ketika aku mengangkat kepalaku untuk melumat bibirnya kembali, dia menahan kepalaku, aku heran. “Ke.. ke… kenapa Lis?” kataku terbata-bata. Dia hanya tersenyum, lalu dengan santainya dia memanjat turun tubuhku. Aku hanya terdiam, aku tidak berani bergerak.

Aku bagaikan seorang prajurit yang hanya bergerak berdasarkan komando dari Lisa. Dia mulai membelai pahaku dan sedikit mempermainkan selangkanganku. Sesekali dia menciumi celana seragam abu-abuku tepat pada bagian batang kejantananku. Aku memejamkan mata, aku pasrah, “Aku… aku… ah…!”

Aku membiarkannya, ketika Lisa mulai membuka celana seragamku, mulai dari ikat pinggangku dan berlanjut dengan menyingkapkan CD-ku. Dia meraih batang kemaluanku dengan mesranya.

“Ah… crot… crot… crot…!” Aku tak kuasa menahan diriku ketika bibirnya yang mungil menyentuh kepala kemaluanku. Aku malu, malu setengah mati.

“Tenang, itu biasa kok.”

Senyumnya membuat rasa maluku hilang, senyum dari wajah sang bidadari itu membuat keberanianku muncul, “Ya aku berani, aku nekat!”

Aku menarik kepalanya dan membalikkan tubuhku, sehingga aku berada tepat di atasnya. Dia sedikit kaget, tapi hal itu membuat aku suka dan makin berani. Aku beranjak ke bawah, kubuka CD-nya. Saat itu yang ada dipikiranku hanya satu, aku harus mencontoh film-film biru yang pernah kutonton.

“Kamu mulai nakal, ya.”

“Ibu guru tidak suka.”

Aku tak memperdulikan candanya. Kuturunkan CD-nya perlahan, kulihat sekilas rumput kecil yang menutupi celah surganya. Seketika kucumbu dan kumainkan lidahku di celah surga itu. Tangan kananku terus menarik CD-nya sampai ke ujung kakinya dan kulempar entah jatuh di mana. Aku menghentikan sejenak permainan lidahku, kuangkat pinggul yang indah itu dan kugendong dia menuju ke tempat tidur yang terletak tepat di belakang kami berdua.

Kuletakkan tubuh semampai dengan tinggi 173cm itu tepat di pinggir tempat tidur. Aku kemudian berjongkok, dan kembali memainkan lidahku di sekitar celah surganya, bahkan aku berhasil menemukan batu kecil di antara celah itu yang setiap kutempelkan lidahku dia selalu mengerang, mendesah, bahkan berteriak kecil.

Tangan kiriku ikut bermain bersama lidahku, dan tangan kananku membersihkan sisa air mani yang baru saja keluar. Wow… batang kejantananku sudah keras lagi. Ketika aku sedang asyik bermain di celah surganya, dia menarik kepalaku. “Buka celana kamu, semuanya…!” Aku menurut dan kembali menindih tubuhnya.

Setelah kepala kami berdekatan dia mencium bibirku sekali dan kemudian dia tersenyum, hanya saat itu matanya sudah sayu, tidak lagi bulat penuh dengan cahaya yang sangat menyilaukan.

Dia mengangkat kepalanya disertai tangan kananya meraih batangku dan mengarahkannya ke lubang kemaluannya. Tapi ketika batangku menyentuh bibir lubang kemaluannya, “Crot… cret… creeett…!” Kembali aku meraih puncakku, dia pun tersenyum. Hanya saat itu aku tidak lagi malu, yang ada dipikiranku hanyalah aku ingin bisa memuaskannya sebelum orgasmeku yang ketiga.

Aku heran setelah orgasme yang pertama ini batang kejantananku tidak lagi lemas, kubiarkan Lisa mengocok-ngocok batanganku, dengan hanya melihat garis wajah milik sang bidadari di depanku dan juga membelai rambutnya yang hitam legam, aku kembali bernafsu.

“Pelan-pelan aja tidak usah takut.” Dia berbisik dan tersenyum padaku. Tak karuan perasaanku saat itu, apalagi ketika kepala kemaluanku dioles-oleskannya ke bibir kemaluannya. Tangannya yang kecil mungil itu akhirnya menarik batang kemaluanku dan membimbingnya untuk memasuki lubang kewanitaannya.

“Bles… sss… sek!” Batangku sudah seratus persen tertanam di lubang surganya. Rasa percaya diriku semakin meningkat ketika aku menyadari bahwa aku tidak lagi mengalami orgasme. Aku mulai menarik pinggulku sehingga kemaluanku tertarik keluar dan membenamkannya lagi, terus menerus berulang. Keluar, masuk, keluar, masuk, keluar, masuk begitu seterusnya.

“Oh Dig…!” Dia mulai memanggil nama akrabku, aku dipanggil Jedig oleh sahabat-sahabatku. Selama ini Lisa hanya memanggil nama asliku seperti yang tertera di dalam absen kelasku. “Dig, terus… kamu mulai pintar…” Aku tak peduli, aku terus bergerak naik turun.

Aku merasakan batang kemaluanku yang basah oleh cairan dari lubang surga milik Lisa. Naik dan turun hanya itu yang kulakukan. Sesekali aku mencium bibirnya, sesekali tanganku mempermainkan bibir dan buah dadanya.

“Ah… ah… ah, ah… oh!” Nafasnya memburu.

“Ah Dig… ah… ah… ooowww!” Dia berteriak kecil, matanya sedikit melotot dan kemudian dia kembali tersenyum. Aku terdiam sejenak, aku heran kenapa dia melakukan itu. Yang kuingat, saat itu batang kemaluanku serasa disiram oleh cairan hangat ketika masih ada di dalam lubang kemaluannya. “Ntar dulu ya Jedig Sayang.” Dia mengangkat tubuhnya sehingga kemaluanku terlepas, aku menahan tubuhnya.

Aku tak ingin kemaluanku terlepas aku masih ingin terus bermain. “Eit… sabar dong, kita belum selesai kok.” Kulihat dirinya memutar tubuhnya kemudian nungging di depan mataku. Aku sangat mengerti apa yang harus kulakukan, ya… seperti di film-film itu.

Aku mendekatinya dengan batang kemaluanku yang sudah siap menghunus lubang kemaluannya. Aku mencoba memasukannya, tapi aku mengalami kesulitan. Satu, dua, ya dua kali aku gagal memasukan batangku. Akhirnya dia menggunakan tangan mungilnya untuk membimbing batangku. “Blesss…” Batangku masuk dengan perlahan. Berbeda dengan tadi, sekarang aku tidak lagi naik turun tetapi maju mundur. Kami berdua mendesah. Nafas kami saling memburu.

Terus dan terus lagi. “Ah… oh… uh… terus Dig…, ah… oooww!” Kembali dia berteriak kecil, saat ini aku mengerti, setiap kali dia berteriak pasti kemudian dia merubah posisinya. Benar saja posisi kami kembali seperti posisi awal. Dia telentang di bawah dan aku menindihnya di atas. Aku tidak lagi memerlukan tangan mungilnya untuk membimbingku. Aku sudah bisa memasukan batang kemaluanku sendiri tepat menuju lubang surga yang sesekali beraroma harum bunga itu.

Kembali aku melakukan naik dan turun. Kali ini aku menjadi siswa yang benar-benar aktif, tidak hanya di sekolah tapi di ranjang. Kuangkat kaki kanannya, kujilati betisnya yang tanpa cacat itu sambil terus menggerakan pinggulku.

Beberapa saat kemudian, aku merasakan darahku mengalir dengan keras, ada sesuatu di dalam tubuhku yang siap untuk meledak. Gerakanku semakin kencang, cepat, dan tidak teratur.

“Terus Dig, lebih cepat lagi… terus lebih cepat lagi Dig, terus.”

Gerakanku semakin cepat. Kami berdua sudah seperti kuda liar yang saling kejar-mengejar sehingga terdengar suara nafas yang keras dan saling sambut menyambut.

“Terus Dig, terus… ah… uh… oh…!”

“Oban sayang… ah… dig… dig… dig… aaoowww!”

Saat ini teriakannya sangat keras dan kulihat matanya sedikit melotot dan giginya terkatup dengan sangat keras. Kemudian dia terjatuh.

“Dig cepetan ya sayang…!”

“Aku capek.”

Aku tak bisa berhenti menggerakan tubuhku, sepertinya ada suatu kekuatan yang mendorong dan menarik pinggulku.

“Ah… oh… Ufff… aaah…!”

“Crot… cret… cret…!”

Muncratlah air kenikmatan itu dari tubuhku. Aku terjatuh di sampingnya, aku puas! Dia tersenyum padaku dan memelukku, dia menaruh kepalanya di dadaku. Setelah mengecup bibirku kami berdua pun tertidur pulas.

Beberapa bulan setelah percintaanku dengan Ibu Lisa… Perpisahaan pun dimulai, setelah aku memainkan beberapa lagu di panggung perpisahaan untuk menandakan berakhirnya masa kerja praktek mahasiswa-mahasiswa IKIP di sekolahku. Kulihat mereka menaiki bus bertuliskan IKIP di pinggirnya. Aku mencari Lisa, bidadari yang merenggut keperjakaanku.

“Lisa… hey…!” Lisa menengok dan matanya melotot.

“Ups… Ibu Lisa!” Aku lupa, dia kan guruku.

“Sampai ketemu lagi ya, jangan lupa belajar!” sambil menaiki tangga bus dia menyerahkan surat padaku. Aku langsung membaca dan tak mengerti apa maksud dari tulisan itu.

Akhirnya bus itu pergi dan saat itulah saat terakhir aku melihatnya. Aku tak akan pernah lupa walaupun hanya sekali aku melakukannya dengan Lisa. Tapi itu sangat berbekas. Aku selalu merindukannya.

Bahkan aku selalu berkhayal aku ada di dekat dia setiap aku dekat dengan perempuan. Sekarang ketika aku sudah duduk di bangku kuliah aku baru mengerti apa arti dari surat Lisa.

Kawasan Judi

THE END
Share:
Diberdayakan oleh Blogger.

Postingan Populer

Chat NOW