Jumat, 06 September 2019

Cerita Dewasa Guru Bahasa Inggris Ku

Cerita Sex. Orang lebih banyak mengenalku sebagai Priambudhy Saktiaji, jadi kawan-kawan memanggilku Budhy. Aqu tinggal di Bogor, sebelah selatan Jakarta. Tinggiku sekitar 167 cm, bentuk wajahku tak mengecewakan, imut-imut kalau kawan-kawan perempuanku bilang. Langsung saja aqu mulai dgn pengalaman pertamaqu ‘make love’ (ML) atau bercinta dgn seorang perempuan. Kejadiannya waktu aqu masih kelas dua SMA (sekarang SMU).

Waktu itu sedang musim ujian, sehingga kami di awasi oleh guru2 dari kelas yg lain. Kebetulan yg mendapat bagian mengawasi kelas tempatku ujian adalah seorang guru yg bernama Ibu Meity, usianya terbilang cukup muda, sekitar 25 tahunan. Tinggi tubuhnya sekitar 155 cm. Kulitnya putih bersih, hidungnya mancung, bentuk wajahnya oval dgn rambut hitam lurus yg di potong pendek sebatas leher, sehingga memperlihatkan lehernya yg jenjang.



Yg membuatku sangat tertarik adalah tonjolan dua bukit buah dadanya yg cukup besar, bokongnya yg sexy dan bergoyg pada waktu dia berjalan. Aqu sering mencuri pandang padanya dgn tatapan mata yg tajam, ke arah meja yg didudukinya. Kadang, tak tahu sengaja atau tak, dia balas menatapku sembari tersenyum kecil. Hal itu membuatku berdebar-debar tak menentu. Bahkan pada kesempatan lain, sembari menatapku dan memasang senyumnya, dia dgn sengaja menyilangkan kakinya, sehingga menampakkan paha dan betisnya yg mulus.

Di waktu yg lain dia bahkan sengaja menarik roknya yg sudah pendek (di atas lutut, dgn belahan disamping), sembari memandangi wajahku, sehingga aqu bisa melihat lebih dalem, ke arah selangkangannya. Terlihat gundukan kecil di tengah, dia memakai celana dalem berbahan katun berwarna putih. Aqu sedikit terkejut dan sedikit melotot dgn ‘show’ yg sedang dilaqukannya. Aqu memandang sekelilingku, memastikan apa ada kawan-kawanku yg lain yg juga melihat pada pertunjukan kecil tersebut. Ternyata mereka semua sedang sibuk mengerjakan soal-soal ujian dgn serius.

Aqu kembali memandang ke arah Ibu Meity, dia masih memandangku sembari tersenyum nakal. Aqu membalas senyumannya sembari mengacungkan jempolku, kemudian aqu teruskan mengerjakan soal-soal ujian di mejaqu. Tentu saja dgn sekali-kali melihat ke arah meja Ibu Meity yg masih setia menyilangkan kakinya dan menurunkannya kembali, sedemikian rupa, sehingga memperlihatkan dgn jelas selangkangannya yg indah.

Sekitar 30 menit sebelum waktu ujian berakhir, aqu bangkit dan berjalan ke depan untuk menyerahkan kertas-kertas ujianku kepada Ibu Meity.

“Sudah selasai?” katanya sembari tersenyum.
“Sudah, bu….” jawabku sembari membalas senyumnya.
“Kamu suka dgn yg kamu lihat tadi?” dia bertanya mengagetkanku. Aqu menganggukkan kepalaqu, kami melaqukan semua pembicaraan dgn berbisik-bisik.

“Apa saya boleh melihatnya lagi nanti?” kataqu memberanikan diri, masih dgn berbisik.
“Kita ketemu nanti di depan sekolah, setelah ujian hari ini selesai, ok?” katanya sembari tersenyum simpul. Senyum yg menggetarkan hatiku dan membuat tubuhku jadi panas dingin.

Siang itu di depan gerbang sekolah, sembari menenteng tasnya, bu Meity mendekati tempatku berdiri dan berkata,

“Bud, kamu ikuti saya dari belakang” Aqu mengikutinya, sembari menikmati goygan pinggul dan pantatnya yg aduhai. Ketika kami sudah jauh dari lingkungan sekolah dan sudah tak terlihat lagi anak-anak sekolah di sekitar kami, dia berhenti, menungguku sampai di sampingnya. Kami berjalan beriringan.

“Kamu benar-benar ingin melihat lagi?” tanyanya memecah kesunyian.

“Lihat apa bu?” jawabku berpura-pura lupa, pada permintaanku sendiri sewaktu di kelas tadi pagi.

“Ah, kamu, suka pura-pura…” Katanya sembari mencubit pinggangku pelan. Aqu tak berusaha menghindari cubitannya, malah aqu pegang telapak tangannya yg halus dan meremasnya dgn gemas. bu Meity balas meremas tanganku, sembari memandangiku lekat-lekat.

Akhirnya kami sampai pada satu rumah kecil, sedikit jauh dari rumah-rumah lain. Sepertinya rumah kontrakan, karena tak terlihat tambahan ornamen bangunan pada rumah tersebut. Bu Meity membuka tasnya, mengeluarkan kunci dan membuka pintu.

“Bud, masuklah. Lepas sepatumu di dalem, tutup dan kunci kembali pintunya!” Perintahnya cepat. Aqu turuti permintaannya tanpa banyak bertanya. Begitu sampai di dalem rumah, bu Meity menaruh tasnya di sebuah meja, masuk ke kamar tanpa menutup pintunya.

Aqu hanya melihat, ketika dgn santainya dia melepaskan kancing bajunya, sehingga memperlihatkan BH-nya yg juga terbuat dari bahan katun berwarna putih, buah dadanya yg putih dan sedikit besar seperti tak tertampung dan mencuat keluar dari BH tersebut, membuatnya semakin sexy, kemudian dia memanggilku.

“Bud, tolong dong, lepasin pengaitnya…” katanya sembari membelakangiku. Aqu buka pengait tali BH-nya, dgn wajah panas dan hati berdebar-debar. Setelah BH-nya terlepas, dia membuka lemari, mengambil sebuah kaos T-shirt berwarna putih, kemudian memakainya, masih dgn posisi membelakangiku. T-shirt tersebut terlihat sangat ketat membungkus tubuhnya yg wangi.

Kemudian dia kembali meminta tolong padaqu, kali ini dia minta dibukakan risleting roknya! Aqu kembali dibuatnya berdebar-debar dan yg paling parah, aqu mulai merasa selangkanganku basah. Kemaluanku berontak di dalem celana dalem yg rangkap dgn celana panjang SMA ku. Ketika dia membelakangiku, dgn cepat aqu memperbaiki posisi kemaluanku dari luar celana agar tak terjepit. Kemudian aqu buka risleting rok ketatnya. Dgn perlahan dia menurunkan roknya, sehingga posisinya menungging di depanku. Aqu memandangi pantatnya yg sexy dan sekarang tak terbungkus rok, hanya mengenakan celana dalem putihnya, tanganku meraba pantat bu Meity dan sedikit meremasnya, gemas.

“Udah nggak sabar ya, Bud?” Kata bu Meity.
“Maaf, bu, habis bokong ibu sexy banget, jadi gemes saya….”
“Kalo di sini jangan panggil saya ‘bu’ lagi, panggil ‘teteh’ aja ya?”
“Iya bu, eh, teh Meity”

Konsentrasiku buyar melihat pemandangan di hadapanku waktu ini, bu Meity dgn kaos T-shirt yg ketat, tanpa BH, sehingga puting buah dadanya mencuat dari balik kaos putihnya, pusarnya yg sexy tak tertutup, karena ukuran kaos T-shirt-nya yg pendek, celana dalem yg tadi pagi aqu lihat dari jauh sekarang aqu bisa lihat dgn jelas, gundukan di selangkangannya membuatku menelan ludah, pahanya yg putih mulus dan ramping membuat semuanya serasa dalem mimpi.

“Gimana Bud, suka nggak kamu?” Katanya sembari berkcak pinggang dan meliuk-liukkan pinggulnya.
“Kok kamu jadi bengong, Bud?” Lanjutnya sembari menghampiriku.

Aqu terdiam terpaqu memandanginya ketika dia memeluk leherku dan mencium bibirku, pada awalnya aqu kaget dan tak bereaksi, tapi tak lama. Kemudian aqu balas ciuman-ciumannya, dia melumat bibirku dgn raqusnya, aqu balas lumatannya.

“Mmmmmmmmmhhhhhhhhhhh….” Gumamnya ditengah ciuman-ciuman kami. Tak lama kemudian tangan kanannya mengambil tangan kiriku dan menuntun tanganku ke arah buah dadanya, aqu dgn cepat menanggapi apa maunya, kuremas-remas dgn lembut buah dadanya dan kupilin-pilin putingnya yg mulai mengeras.

“Mmmmhhhh….mmmmmhhhhh” Kali ini dia merintih nikmat.

Aqu usap-usap punggungnya, turun ke pinggangngya yg tak tertutup oleh kaos T-shirtnya, aqu lanjutkan mengusap dan meremas-remas pantatnya yg padat dan sexy, lalu kulanjutkan dgn menyelipkan jari tengahku ke belahan pantatnya, kugesek-gesek kearah dalem sehingga aqu bisa menyentuh bibir kemaluannya dari luar celana dalem yg dipakainya. Ternyata celana dalemnya sudah sangat basah.

Dibaca juga : Cerita Dewasa Nikmatnya Pengalaman Pertama Bercinta

Sementara ciuman kami, berubah menjadi saling kulum lidah masing-masing bergantian, kadang-kadang tangannya menjambaki rambutku dgn gemas, tangannya yg lain melepas kancing baju sekolahku satu per satu. Aqu melepas pagutanku pada bibirnya dan membantunya melepas bajuku, kemudian kaos dalem ku, ikat pinggangku, aqu perosotkan celana panjang abu-abuku dan celana dalem putihku sekaligus. Bu Meity pun melaqukan hal yg sama, dgn sedikit terburu-buru melepas kaos T-shirtnya yg baru dia pakai beberapa waktu yg lalu, dia perosotkan celana dalem putihnya, sehingga sekarang dia sudah telanjang bulat.

Tubuhnya yg putih mulus dan sexy sangat menggiurkan. Hampir bersamaan kami selesai menelanjangi tubuh kami masing-masing, ketika aqu menegakkan tubuh kembali, kami berdua sama-sama terpaqu sejenak. Aqu terpaqu melihat tubuh polosnya tanpa sehelai benangpun. Aqu sudah sering melihat tubuh telanjang, tetapi secara langsung dan berhadap-hapan baru kali itu aqu mengalaminya.

Buah dadanya yg sudah mengeras tampak kencang, ukurannya melebihi telapak tanganku, sejak tadi aqu berusaha meremas seluruh bulatan itu, tapi tak pernah berhasil, karena ukurannya yg cukup besar. Perutnya rata tak tampak ada bagian yg berlemak sedikitpun. Pinggangnya ramping dan membulat sangat sexy. Selangkangannya di tumbuhi rambut-rambut yg sengaja tak dicukur, hanya tumbuh sedikit di atas kemaluannya yg mengkilap karena basah.

Tubuh telanjang yg pernah aqu lihat paling-paling dari gambar-gambar porno, blue film atau paling nyata tubuh ABG tetanggaqu yg aqu intip kamarnya, sehingga tak begitu jelas dan kulaqukan cepat-cepat karena taqut ketahuan. Kebiasaan mengintipku tak berlangsung lama karena pada dasarnya aqu tak suka mengintip.

Sementara bu Meity memandang lekat kemaluanku yg sudah tegang dan mengeras, pangkalnya di tumbuhi rambut-rambut kasar, bahkan ada banyak rambut yg tumbuh di gagang kemaluanku. Ukurannya cukup besar dan panjangnya belasan centi. “Bud, punyamu lumayan juga, besar dan panjang, ada rambutnya lagi di gagangnya” katanya sembari menghampiriku.

Jarak kami tak begitu jauh sehingga dgn cepat dia sudah meraih kemaluanku, sembari berlutut dia meremas-remas gagang kemaluanku sembari mengocok-ngocoknya lembut dan berikutnya kepala kemaluanku sudah dikulumnya. Tubuhku mengejang mendapat emutan seperti itu.

“Oooohhhh…. enak teh….” rintihku pelan. Dia semakin bersemangat dgn kuluman dan kocokan-kocokannya pada kemaluanku, sementara aqu semakin blingsatan akibat perbuatannya itu. Kadang dimasukkannya kemaluanku sampai ke dalem tenggorokannya. Kepalanya dia maju mundurkan, sehingga kemaluanku keluar masuk dari mulutnya, sembari dihisap-hisap dgn raqus.

Aqu semakin tak tahan dan akhirnya…, jebol juga pertahananku. Air maniqu menyemprot ke dalem mulutnya yg langsung dia sedot dan dia telan, sehingga tak ada satu tetespun yg menetes ke lantai, memberiku sensasi yg luar biasa. Rasanya jauh lebih nikmat daripada waktu aqu masturbasi.

“Aaaahhhh… ooooohhhhh…. teteeeeehhhhh!” Teriakku tak tertahankan lagi.
“Gimana? enak Bud?” Tanyanya setelah dia sedot tetesan terakhir dari kemaluanku.
“Enak banget teh, jauh lebih enak daripada ngocok sendiri” jawabku puas.
“Gantian dong teh, saya pengen ngerasain punya teteh” lanjutku sedikit memohon.

“Boleh…,” katanya sembari menuju tempat tidur, kemudian dia merebahkan dirinya di atas ranjang yg rendah, kakinya masih terjulur ke lantai. Aqu langsung berlutut di depannya, kuciumi selangkangannya dgn bibirku, tanganku meraih kedua buah dadanya, kuremas-remas lembut dan kupilin-pilin pelan puting buah dadanya yg sudah mengeras.

Dia mulai mengeluarkan rintihan-rintihan perlahan. Sementara mulutku menghisap, memilin, menjilat kemaluannya yg semakin lama semakin basah. Aqu permainkan klitorisnya dgn lidahku dan ku emut-emut dgn bibirku.

“Aaaaaahhhhh… ooooohhhhhh, Buuuuddddhyyyyy…, aqu sudah tak tahan, aaaaauuuuuhhhhhh!” Rintihannya semakin lama semakin keras.

Aqu sedikit kuatir kalau ada tetangganya yg mendengar rintihan-rintihan nikmat tersebut. Tetapi karena aqu juga didera nafsu, sehingga akhirnya aqu tak terlalu memperdulikannya. Hingga satu waktu aqu merasakan tubuhnya mengejang, kemudian aqu merasakan semburan cairan hangat di mulutku, aqu hisap sebisaqu semuanya, aqu telan dan aqu nikmati dgn raqus, tetes demi tetes. Kakinya yg tadinya menjuntai ke lantai, kini kedua pahanya mengapit kepalaqu dgn ketat, kedua tangannya menekan kepalaqu supaya lebih lekat lagi menempel di selangkangannya, membuatku sulit bernafas. Tanganku yg sebelumnya bergerilya di kedua buah dadanya kini meremas-remas dan mengusap-usap pahanya yg ada di atas pundakku.

“Bud, kamu hebat, bikin aqu klimaks sampai kelojotan begini, belajar darimana?” Tanyanya. Aqu tak menjawab, hanya tersenyum. Aqu memang banyak membaca tentang hubungan seksual, dari majalah, buku dan internet. Sementara itu kemaluanku sudah sejak tadi menegang lagi karena terangsang dgn rintihan-rintihan nikmatnya bu Meity. Aqupun berdiri, memposisikan kemaluanku didepan mulut kemaluannya yg masih berkedut dan tampak basah serta licin itu.

“Aqu masukin ya teh?” Tanyaqu, tanpa menunggu jawaban darinya, aqu melumat bibirnya yg merekah menanti kedatangan bibirku.

“Oooohhhh…” rintihnya,
“Aaaahhhh…” kubalas dgn rintihan yg sama nikmatnya, ketika kemaluanku menembus masuk ke dalem kemaluannya, hilanglah keperjakaanku.

Kenikmatan tiada tara aqu rasakan, ketika gagang kemaluanku masuk seluruhnya, bergesekan dgn dinding kemaluan yg lembut, hingga ke pangkalnya. Bu Meity merintih semakin kencang ketika rambut kemaluanku yg tumbuh di gagang kemaluanku menggesek bibir kemaluan dan klitorisnya, matanya setengah terpejam mulutnya menganga, nafasnya mulai tersenggal-senggal.

“Ahh-ahh-ahh auuuu!” Kutarik lagi kemaluanku perlahan, sampai kepalanya hampir keluar. Kumasukkan lagi perlahan, sementara rintihannya selalu di tambah teriakan kecil, setiap kali pangkal gagang kemaluanku menghantam bibir kemaluan dan klitorisnya. Gerakanku semakin lama semakin cepat, bibirku bergantian antara melumat bibirnya, atau menghisap puting buah dadanya kiri dan kanan. Teriakan-teriakannya semakin menggila, kepalanya dia tolehkan kekiri dan kekanan membuatku hanya bisa menghisap puting buah dadanya saja, tak bisa lagi melumat bibirnya yg sexy.

Sementara itu pinggulnya dia angkat setiap kali aqu menghunjamkan kemaluanku ke dalem kemaluannya yg kini sudah sangat basah, sampai akhirnya,

“Buuudddhhyyyyyy…. aqu mau keluar lagiiiiii… oooohhhhhh… aaahhhhh” teriakannya semakin kacau.

Aqu memperhatikan dgn puas, waktu dia mengejan seperti menahan sesuatu, kemaluannya kembali banjir seperti waktu dia klimaks di mulutku. Aqu memang sengaja mengontrol diriku untuk tak klimaks, hal ini aqu pelajari dgn seksama, meskipun aqu belum pernah melaqukan ML sebelum itu. Bu Meity sendiri heran dgn kemampuan kontrol diriku.

Setelah dia melambung dgn klimaks-klimaksnya yg menyusul, aqu cabut kemaluanku yg masih perkasa dan keras. Aqu memberinya waktu beberapa waktu untuk mengatur nafasnya. Kemudian aqu memintanya menungging, dia dgn senang hati melaqukannya. Kembali kami tenggelam dalem permainan yg panas.

Sekali lagi aqu membuatnya mendapatkan klimaks yg berkepanjangan seakan tiada habisnya, aqu sendiri karena sudah cukup lelah, kupercepat gerakanku untuk mengejar ketinggalanku menuju puncak kenikmatan. Akhirnya menyemburlah air maniqu, yg sejak tadi aqu tahan, saking lemasnya dia dgn pasrah tengkurap diatas perutnya, aqu menjatuhkan diriku berbaring di sebelahnya.

Sejak kejadian hari itu, aqu sudah tak lagi melaqukan masturbasi, kami ML setiap kali kami menginginkannya. Ketika aqu tanya mengapa dia memilihku, dia menjawab, karena aqu mirip dgn pacar pertamanya, yg membuatnya kehilangan mahkotanya, sewaktu masih SMA. Tapi bedanya, katanya lagi, aqu lebih tahan lama waktu bercinta (bukan GR lho). Waktu kutanya, apa tak taqut hamil?, dgn santai dia menjawab, bahwa dia sudah rutin disuntik setiap 3 bulan.


End
Share:
Diberdayakan oleh Blogger.

Postingan Populer

Chat NOW